Ini Kedudukan Cinta Dalam Pernikahan

Pernikahan merupakan suatu ikrar ikatan yang halal antara sepasang manusia (pria-wanita) dalam melaksanakan kewajiban untuk mewujudkan sakinah, mawaddah dan rahmah. Pernikahan bukanlah peristiwa sehari yang selesai begitu saja. Pernikahan adalah gerbang dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Pernikahan merupakan kebutuhan pribadi dan sosial. Pernikahan membentuk keluarga yang menjadi dasar dalam bermasyarakat. Masyarakat yang bahagia adalah hasil dari kumpulan keluarga yang bahagia. Sebaliknya, kumpulan keluarga yang bermasalah akan melahirkan masyarakat yang tidak nyaman dan tentram.

Pernikahan yang bahagia dimulai sejak memilih pasangan hidup yang shalih/shalihah. Permasalahan yang sering terjadi pada fase tersebut adalah cinta. Cinta seringkali menjadi dasar utama dan pertama dalam memilih calon pasangan. Padahal cinta yang halal adalah cinta yang dibangun setelah menikah. Cinta yang tumbuh seiring dengan hangatnya interaksi dan ketertarikan antara suami istri. 

Sebaliknya, cinta yang tumbuh sebelum menikah cenderung untuk terkikis dengan terbukanya keburukan-keburukan pasangan setelah menikah. Hal inilah yang seringkali menjadi pemicu retaknya cinta.

Cinta dalam pernikahan adalah cinta yang halal, cinta yang berorientasi pada cinta yang lebih besar, cinta pada Allah Subhanahuwata’ala. Cinta sebelum menikah adalah cinta yang haram, cinta yang hanya berorientasi pada dunia semata. Tak jarang cinta semacam ini hanya cinta yang bersifat ego dan hawa nafsu.

Pernikahan harus diawali dengan niat yang baik dan ilmu dalam berumah tangga secara benar. Pernikahan perlu dipersiapkan secara matang. Kemudian harus juga dirawat sepanjang masa. Agar cinta tetap terjaga tak lekang oleh waktu hingga surgaNya.

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah, Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantarmu rasa kasih dan sayang..."(Ar Rum :21)